Sungguh memprihatinkan!
Kalau hati bisa teriak, mungkin itu yang akan terdengar gara-gara kondisi saat ini. Apa yang memprihatinkan? Well, platform yang sedang sekarat ini - Blogger. Sebelum aku memutuskan untuk kembali menulis pada platform ini, aku sedikit mengalami kontemplasi terkait keputusanku tersebut. Terlebih aku menulis dalam bahasa Indonesia. Lalu siapa yang akan membaca?
Bagi sebagian orang, menulis di Blogger mereka fokuskan untuk mendapatkan keuntungan. Mereka menulis sebanyak mungkin agar orang datang dan tertarik (sengaja atau tidak) melihat iklan yang ada. Sebagian yang lain menulis di Blogger dengan intensi yang sengaja agar tidak ada orang yang membaca. Mereka lebih memilih untuk menulis agar di masa yang akan datang dapat membacanya lagi tanpa takut hilang semacam buku diari. Ah, kalau aku sih tentu saja tidak menulis diari.
Lalu, aku termasuk ada pada kubu yang mana?
Mungkin di antara keduanya. Kelompok abu-abu, seperti biasa.
Alasanku menulis pada Blogger sama dengan kubu yang kedua - agar aku bisa menyimpan ceritaku yang nantinya bisa kubaca lagi. Tapi, aku tidak ingin menyimpannya sendiri. Aku ingin orang lain membacanya dan memberiku arahan dalam masalah yang kuhadapi. Platform ini adalah salah satu caraku untuk menuangkan isi hati tanpa harus rebutan atensi seperti pada media sosial lainnya. Aku ingin menulis dengan santai dan mendapatkan jawaban dengan santai pula. Tanpa perlu argumen yang berlebihan.
Jadilah, aku berpikir. Apakah masih ada orang yang membaca Blogger? Bukannya lebih asyik melihat Instagram atau bahkan menonton mukbang di YouTube? Aku jadi takut minat baca masyarakat Indonesia menjadi semakin buruk.
Membaca adalah salah satu cara membuka jendela dunia. Tapi, kalau masyarakat lebih memilih menjadi buta, untuk apa sinar gemilang yang ada di luar sana?
Apa sudah mati?
No comments:
Post a Comment